jpnn.com
JAKARTA - Pelaksanaan SEA Games 2011 di Palembang dan Jakarta ternyata masih menyisakan keruwetan. Selain terungkapnya kasus suap proyek pembangunan wisma atlet yang menyeret mantan Sesmenpora Wafid Muharam sebagai tersangka, ternyata hingga sekarang dana untuk keperluan peralatan pertandingan belum kunjung cair.
"Sampai sekarang, peralatan untuk pertandingan belum ada. Padahal kurang berapa bulan lagi," kata Deputi I Ketua Panitia Lokal SEA Games (INASOC) Djoko Pramono dalam diskusi di Jakarta kemarin (14/5).
Selain peralatan pertandingan, perlengkapan latihan para atlet Indonesia pun masih banyak yang belum tersedia. Dengan kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut, purnawirawan Marinir berpangkat mayjen itu khawatir jika prestasi atlet Indonesia nanti tidak maksimal. Dia juga was-was penyelenggaraan even olahraga terbesar di Asia Tenggara itu bakal terkatung-katung.
Menurut Djoko, semua itu karena dana yang dianggarkan belum juga turun. Dia pun geram dengan sikap pemerintah yang terkesan setengah hati dalam penyiapan peralatan pertandingan. Djoko mengatakan anggaran yang dibutuhkan untuk perlengkapan sekitar Rp 250 miliar.
Selain masalah peralatan, beberapa venue SEA Games belum dibangun. Yang paling banyak belum dibangun adalah di Palembang. "Yang belum dibangun adalah panjat tebing, bisbol, softball, atletik, menembak baru 30 persen, (kolam) renang baru 40 persen, ski air sama sekali belum. Jadi, semua masih (berupa) tanah-tanah," kata Djoko.
Mantan ketua kontingen RI dalam SEA Games 1997 itu menerangkan bahwa proyek-proyek tersebut baru saja selesai proses tender. "Bayangkan kalau baru selesai tender, apakah November bisa rampung?" tanyanya dengan nada tegas.
Beberapa persoalan dalam perhelatan SEA Games di Jakarta dan Palembang pun juga menjadi sorotan negara-negara peserta SEA Games. Djoko mengakui, banyak menerima telepon dan surat elektronik (email) dari kontingen negara lain yang meragukan apakah SEA Games bisa berlangsung apa tidak. "What happened in Indonesia?" kata Djoko menirukan pertanyaan yang diperoleh dari negara tetangga tentang pelaksanaan SEA Games.
Menurut Djoko, kasus suap proyek wisma atlet dan lambannya persiapan sudah menjadi bahan tertawaan negara-negara di Asia Tenggara. Meski demikian, Djoko meyakinkan peserta SEA Games, agar tidak terpengaruh dengan masalah yang mendera persiapan di Indonesia. Djoko juga mendesak agar aparat penegak hukum tetap menuntaskan kasus penyuapan tersebut.
Di tempat yang sama, anggota Komisi X DPR dari Fraksi Partai Demokrat Jeffri Riwu Kore mengaku kaget dengan kondisi persiapan SEA Games yang diungkapkan Djoko. Padahal, menurut Jeffri, Komisi X sudah menyetujui semua anggaran pesta olahraga dua tahunan tersebut senilai total Rp 3,1 truliun. Jadi menurut Jeffri, seharunya dana tersebut sudah bisa dicairkan.
Nah, mendengar keterlambatan ini, Komisi X berencana akan memanggil pihak Kemenpora untuk mendengar keterangannya. "Kami akan dengar keterangannya," ucap Jeffri.
Sementara itu Wakil Koordinator ICW Emerson Yuntho mendesak agar KPK memdalami kasus penyuapan Sesmenpora. Pria yang akrab disapa Econ menduga itu kasus tersebut tidak hanya terkait dengan tiga tersangka yang tertangkap tangan KPK melakukan praktik suap menyuap. Namun juga melibatkan jaringan yang begitu luas.
Menurut dia, proses tender pengadaan barang dan jasa sangat membuka peluang adanya korupsi. "Terutama untuk mengadaan infrastruktur di daerah," katanya.
Econ beranggapan bahwa dalam proyek pengadaan barang dan jasa para kontraktor akan mempet pemerintah dan DPR agar bisa memenangkan proyek tersebut. Nah, dalam kasus suap Sesmenpora ini yang harus diungkap adalah mengapa para kontraktor yang sebelumnya ikut proyek tiba-tiba mengundurkan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar