Cari Blog Ini

Selasa, 29 Maret 2011

'FIFA Harus Selamatkan Sepakbola Indonesia'

VIVAnews - Kisruh yang melanda PSSI mulai mendapat perhatian wartawan manca negara. Setelah Watch Football Indsider beberapa kali membedah kisruh yang melanda PSSI, kini seorang kolomnis asal Australia, Jesse Fink juga menyuguhkan catatannya soal kisruh sepakbola Indonesia.

Dalam sebuah kolom yang dituliskan di ESPNSTAR.com, Jesse Fink menilai FIFA sebaiknya turun tangan dalam memperbaiki sepakbola Indonesia. Ini menurutnya adalah langkah untuk menyelamatkan sepakbola Indonesia.

Jese Fink dalam tulisannya menuliskan, kisruh yang melanda sepakbola Indonesia tidak kunjung mereda. Sebaliknya, kisruh justru semakin terbuka dan melibatkan banyak pihak.

Kisruh diwali oleh terbentuknya Liga Primer Indonesia (LPI) yang digagas oleh Arifin Panigoro. FIFA telah meminta PSSI untuk segera menertibkan liga ini karena tidak sesuai dengan statuta FIFA.

Konflik semakin terbuka saat PSSI membatalkan Kongres PSSI di Pekanbaru, Riau, 26 Maret 2011. Kongres ini harusnya memilih anggota Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP)

PSSI beralasan bahwa Kongres tak bisa digelar karena adanya intimidasi yang dilakukan oleh aparat berseragam. Menurut PSSI situasi yang tercipta bahkan sudah sampai pada taraf mengancam keselamatan peserta.

Sekjen PSSI, Nugraha Besoes dalam keterangan persnya juga menyebutkan kalau keputusan ini merupakan perintah dari wakil FIFA, Frank Van Hattum. Belakangan FIFA membantah pernyataan Besoes. Sebaliknya perwakilan FIFA mengaku tidak diperbolehkan menghadiri kongres.

Pembatalan Kongres diambil tak lama kericuhan pecah di depan pintu masuk ruang Kongres yang berada di lantai 2 Hotel Premiere. Puluhan orang yang tergabung dalam Komite Penyelamat Persepakbolan Nasional (KPPN) memaksa masuk dan melanjutkan Kongres dengan menunjuk Sekum Pengprov Papua, Usman Pakubun sebagai pimpinan sidang.

Forum yang mengklaim diikuti oleh 78 pemilik suara yang sah itu itu lalu memilih tujuh anggota Komite Pemilihan (KP) dan tiga anggota Komite Banding Pemilihan (KBP) yang harusnya menjalankan Kongres  akhir April 2011.

Usman lalu membuat pernyataan yang sensasional. Dia menuding bahwa pembatalan Kongres tersebut disengaja kubu status quo PSSI yang sadar kalau telah kehilangan dukungan pada Kongres tersebut.

Pemerintah tak tinggal diam. Melalui Menpora Andi Mallarangeng, pemerintah memutuskan untuk tidak mengakui kepengurusan PSSI di bawah kepemimpinan Nurdin Halid. PSSI juga untuk sementara menghentikan segala bentuk bantuan bagi PSSI sampai kepengurusan baru terbentuk.

Situasi ini, menurut Jesse Fink, sangat rumit. Menurutnya, permasalahan hanya bisa selesai bila FIFA langsung turun tangan.

"Jadi, jika PSSI tidak lagi menjadi lembaga yang kompeten dan liga yang digagas Arifin Panigoro tidak sah dan berbahaya,  dan sesuai statuta FIFA mengenai intervensi politik pemerintah Indonesia seharusnya juga tidak perlu memberikan komentar mengenai jalannya pertandingan. Siapa lagi yang akan bisa menyelamatkan sepakbola Indonesia?" tulis Jesse Fink dalam kolomnya di ESPNSTAR.Com, Selasa, 29 Maret 2011.

FIFA biasanya akan membekukan anggotanya yang bermasalah dan membiarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Setelah beres, baru anggota tersebut bisa menghadap kembali ke FIFA.

Namun menurut Jesse Fink, Indonesia tidak seharusnya dikeluarkan dari keanggotaan FIFA. Pasalnya hukuman yang disebabkan oleh kegagalan para pimpinan tersebut tidak layak diterima oleh para penggemar sepakbola di sebuah negara berpenduduk terbesar di dunia.

"FIFA harusnya membentuk sebuah lembaga darurat untuk mengambil alih tugas PSSI dan menunjuk pengurus khusus yang dapat memulihkan ketertiban dan integritas badan sepakbola Indonesia," tulis Jesse Fink.

"Itu mungkin akan memakan waktu bulan bahkan tahunan, namun menarik. Ini adalah ironi di mana organisasi itu sendiri sama cacatnya dengan FIFA. Mungkin hanya PSSI yang menjadi harapan, namun situasi tidak memungkinkan. Jika langkah itu bisa menyemalatkan sepakbola Indonesia, itu mungkin juga menyelamatkan sebagian wajahnya (FIFA). Dan itu adalah kemenangan bagi Indonesia dan kemenangan bagi sepakbola dunia.

Sabtu, 05 Maret 2011

Dua Klub Besar Eropa Incar Joey Suk

Calon pemain naturalisasi tim nasional Indonesia, Joey Suk, tidak membantah dua klub raksasa Eropa, Bayern Munich dan Fenerbahce, mengincar dirinya.

Suk telah tiba di Jakarta sejak kemarin, Rabu 2 Maret 2011, dan sudah dua kali melakoni latihan bersama timnas Indonesia Pra-Olimpiade sepanjang hari ini, Kamis 3 Maret 2011.

Gelandang kelahiran Deventer, Belanda, 8 Juli 1989 itu mengaku kesulitan beradaptasi dengan suhu panas di Jakarta. Namun, setelah latihan sore di Lapangan C, Senayan, Jakarta, Suk menegaskan dirinya mulai beradaptasi.

"Pada latihan pagi suhunya sangat panas, saya sedikit kesulitan. Tapi, latihan sore ini cuaca agak lumayan. Saya mulai terbiasa," ujar Suk yang tidak bisa berbahasa Inggris dan harus diterjemahkan oleh pemain keturunan lainnya, Stefano Lilipaly.

Suk merupakan salah satu pemain keturunan yang diundang Badan Tim Nasional (BTN) untuk melakukan tes di Indonesia. Namun karena kesibukannya di klub, Go Ahead Eagles, Suk baru bisa tiba di Jakarta.

Bahkan Deputi Bidang Teknis BTN, Iman Arif, mengaku Suk sudah menjadi incaran Bayern Munich dan Fenerbahce untuk musim depan. Dan Suk, yang mendapat darah Indonesia dari sang ibu, tidak membantah hal tersebut.

"Rumor itu (Munich dan Fenerbahce mengincar saya) benar. Tapi, hingga sekarang belum ada yang konkrit," kilah pemain yang juga menjadi sebagai foto model tersebut.

Sayang, proses paspor Suk belum selesai hingga dirinya belum bisa membela timnas Indonesia menghadapi Turkmenistan di leg kedua pra-kualifikasi Olimpiade 2012, 9 Maret 2011.

Diego dan Ruben Belum Bisa Perkuat Timnas

Tim nasional Indonesia Pra-Olimpiade dipastikan tidak akan diperkuat tiga pemain keturunan Diego Michiels, Ruben Wuarbanaran dan Joey Suk saat leg kedua melawan Turkmenistan, 9 Maret 2011.

Semula Diego dan Ruben, serta satu pemain keturunan lainnya, Joey Suk, diharapkan Badan Tim Nasional (BTN) bisa memainkan ketiganya saat leg kedua pra-kualifikasi Olimpiade 2012 melawan Turkmenistan.

Namun, hingga batas waktu penyerahan daftar pemain untuk leg kedua kemarin, Rabu 2 Maret 2011, paspor Warga Negara Indonesia ketiga pemain tersebut belum rampung.

"Ruben dan Diego belum memiliki paspor (Indonesia). Mereka tidak bisa main," ujar asisten pelatih Wolfgang Pikal melalui pesan singkat kepada VIVAnews.com, Kamis 3 Maret 2011.

Ruben dan Diego sudah bergabung dengan skuad timnas Indonesia Pra-Olimpiade, sedangkan Joey Suk masih ditunggu kedatangannya di Jakarta oleh BTN.

Deputi Bidang Teknis BTN, Iman Arif, menegaskan pihaknya masih berusaha memasukkan nama Diego, Ruben dan Joey untuk menghadapi Turkmenistan. Namun jika gagal, ketiganya akan difokuskan pada tiga ajang sepakbola lainnya.

"Kami sudah serahkan (daftar pemain) ke Komite Olimpiade, tapi data pemain naturalisasi menyusul. Kita usahakan, tapi kalau tidak (akan bermain) di Pra-Kualifikasi Piala Dunia 2014 dan SEA Games plus AFF Junior U-23," papar Iman kepada VIVAnews.com
.

Yongki Aribowo dan kawan-kawan sendiri harus menang setidaknya tiga gol di leg kedua melawan Turkmenistan jika ingin lolos ke babak selanjutnya.

Rencananya tim besutan Alfred Riedl ini akan berangkat dari Jakarta, Minggu 6 Maret 2011 malam, dan melakukan aklimatisasi terlebih dahulu di Turki sebelum mendarat di Turkmenistan.